Kuatkan Integeritas Internasional, UMS Gelar Kuliah Umum Bersama Universitas Al-Azhar
Salah satu bukti nyata sebuah universitas akan berkembang menjadi universitas kelas internasional yaitu dengan adanya kerjasama internasional itu sendiri. Hal tersebut dibuktikan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan menerima kunjungan internasional dari Al-Azhar, Rabu (02/05/2018).
Kunjungan ini sekaligus menjadi kesempatan bagi UMS untuk mengadakan kuliah umum yang secara langsung diisi oleh Rektor Universitas Al-Azhar dan Grand Syaikh Al-Azhar. Kegiatan yang dilaksanakan di 2 tempat sekaligus, yaitu Ruang Seminar Gedung Induk Siti Walidah UMS dan GOR Kampus 2 UMS tidak hanya dihadiri oleh civitas akademika UMS saja, namun banyak pihak luar yang turut meramaikan acara tersebut, salah satunya Prof. Dr. Lukman Hakim selaku Menteri Agama Republik Indonesia.
Kuliah umum yang diisi dengan Bahasa Arab dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia ini diawali oleh Prof. Dr. Muhamed Hussin Abdelaziz selaku Rektor Universitas Al-Azhar. Dia menjelaskan bahwa Al-Azhar sendiri merupakan kiblat umat Islam kedua. Maksud dari kiblat kedua tersebut adalah Al-Azhar adalah kiblat bagi umat Islam dalam menuntut ilmu pengetahuan. Hal ini juga dikarenakan Universitas Al-Azhar merupakan universitas tertua didunia yang telah berdiri sekitar 1000 tahun yang lalu.
Dia juga mengungkapkan bahwa mahasiswa yang belajar disana kurang lebih berjumlah 400 ribu. Kemudian kurang lebih 5 ribu di antaranya adalah mahasiswa dari Indonesia dan sekitar 420 didalamnya sedang menempuh S2.
Selain menjelaskan tentang hal tersebut, Prof. Dr. Muhamed Hussin juga menngungkapkan bahwa mereka menyambut baik adanya pertukaran pelajar, dosen, dan penelitian yang terkait dengan ilmu pengetahuan. “Kami juga menyambut baik adanya pertukaran pelajar, dosen, dan penelitian-penelitian ilmiah yang lain. Selain itu kami juga menyambut baik adanya MOU antara Universitas Al-Azhar dengan universitas di Indonesia, khususnya UMS,” ungkapnya dalam kuliah umum yang disampaikan.
Kemudian, kuliah umum tersebut dilanjutkan oleh Grand Syaikh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmed Mohamed Ahmed Eltayeb. Dia menegaskan ada beberapa prinsip yang diajarkan di Al-Azhar. Yang pertama adalah senantiasa hidup damai. Hal ini didasarkan karena manusia diciptakan Allah SWT berbeda-beda. Perbedaan ini lah yang kemudian harus dipahami oleh umat manusia agar senantiasa untuk dapat hidup damai dan berdampingan.
Prinsip kedua yaitu Allah SWT menciptakan ideologi yang berbeda-beda pula. Sehingga keyakinan yang dianut oleh umat manusia tidaklah sama, bahkan untuk mengiring mereka ke pemikiran atau Bahasa yang sama pun sangat mustahil.
Melihat kedua prinsip tersebut, dia menjelaskan bahwa Islam tidak pernah memaksakan keyakinan yang ingin mereka anut. Akan tetapi, sebagai umat Islam harus dapat menjamin tentang hak-hak yang mereka dapatkan. Namun, banyak pula pihak yang berusaha memaksakan agar orang yang berbeda keyakinan untuk mengikuti keyakinan mereka.
Dia juga menegaskan bahwa di Al-Azhar semuanya harus berlatih untuk memberikan penghargaan terhadap semua orang. Hal tersebut mereka dasarkan dengan prinsip nabi yang melarang kita mengkafirkan orang lain.
“Kita berlatih bahwa Islam memberikan penghargaan kepada semua. Prinsip kita adalah hadits nabi yang mengatakan apabila mereka masih solat seperti kita maka jangan mengkafirkan mereka, karena mereka masih muslim. Membeda-bedakan itu tidak pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW,” tegasnya. (Khairul)